IdulFitri sebagai Anugerah Umat Islam "Perenungan Menjadi Manusia". Hari Raya Idul fitri adalah salah satu hari besar bagi umat Islam sebagai perayaan kemenangan setelah selama satu bulan berpuasa. Puasa bukan ha. Ilustrasi (klikdokter.com) Kita sering sekali menerjemahkan kata "Fitri" sebagai "Suci". Sehingga, ada film berjudul "Cinta Fitri" atau "Cinta yang Suci". Bahkan banyak anak perempuan yang diberi nama Fitri atau Fitriyah dengan pemahaman "anak perempuan yang suci". Padahal, kata fitri itu sebenarnya Berikutini beberapa ide aktivitas seru yang bisa dilakukan saat lebaran di rumah: 1. Silaturahmi Lewat Video Call. Terpisah jarak dengan anggota keluarga yang tinggalnya berjauhan, teman dekat dan kerabat di lebaran kali ini, tak lantas memutus tali silaturahmi. Sobat tetap bisa bersilaturahmi menyambut Idul Fitri tanpa harus keluar rumah Kitayang di momentum Idul Fitri kemarin sempat melaksanakan sholat hari raya di masjid secara berjamaah, pada lebaran Idul Adha 2021 ini belum tentu bisa melakukan hal yang sama. Cerpen Idul Adha Menyentuh Tentang Sandal dan Keset Kaki Masjid; Puisi Idul Adha 1442 H yang Menyentuh Hati; Pantun Semangat dan Lucu Idul Adha; Cerita Tentang Washilah- Bicara tentang idul fitri atau hari lebaran, pasti yang terbayang adalah tampilan dan makanan yang istimewa. Tapi, seperti apakah sunah tentang adab hari raya? Yuk simak berikut ini: 1.Mandi. Yaps, saat hari raya disunahkan untuk mandi sebelum melaksanakan Salat Id, bahkan ada yang berpendapat seperti mandi janabah. harga tiket kapal laut balikpapan surabaya 2023. Hai Sobat Guru Penyemangat. Semoga Allah menerima amal kita semua khususnya pada bulan Ramadan tahun ini, kita kepada Allah atas segala nikmat, terutama nikmat sehat dan sempat sehingga bisa bertamu ke momentum Idul Fitri di bulan tulisan yang baku itu adalah Idulfitri, sih. Tapi entah mengapa ucapan hari raya yang satu ini lebih masyhur ditulis dengan cara dipisah. HehePada kesempatan yang berbahagia ini ingin menghadirkan cerpen bertema tentang Idul Fitri berikut berjudul kata-kata maaf yang terlambat ingin mengajak kita memahami esensi maaf di hari disimak yaCerpen Idulfitri Kata-kata Maaf yang TerlambatOleh Ozy V. AlandikaHari ini tepat 1 Syawal. Ternyata bulan Ramadan baru saja pamit untuk berpulang. Ia meninggalkan almanak, euforia jajanan takjil, dan menyisakan segepok kurma untuk melanjutkan puasa 6 yang pergi meninggalkan sepi. Sepi dirasa, sepi di hati, tapi tidak dengan ponsel pintarku. Sedari Subuh notifikasi tiada pernah berhenti sudah tahu apa embun…Sesejuk senja…Seputih awan…Setulus rasa… dan segunung kata-kata mutiara bin puitis lainnya. Itulah hari raya Idulfitri, lebarannya umat Islam di seluruh entah mengapa, aku masih saja mengingat perkataan guruku. Sekitar seminggu yang lalu, beliau pun sempat berkata kepada kami pada momentum pengumuman sekaligus penutupan pesantren kilat Ramadan.“Anak-anak, pada kesempatan yang berbahagia ini, Bapak mewakili Bapak/Ibu Dewan guru, kepala sekolah, serta segenap karyawan SD mengucapkan mohon maaf lahir dan batin. Jikalau ada hak-hak kalian yang belum sempat kami penuhi, mudah-mudahan hak tersebut kalian relakan sehingga tak menjadi beban tuntutan bagi kami di akhirat nanti. Adapun segala khilaf dan salah kalian sudah kami maafkan. Bapak ucapkan selamat menyambut Hari Raya Idulfitri.”Para guru di sekolah sudah sejak jauh-jauh hari melantunkan ucapan maaf. Iya, aku tahu. Alasannya sederhana, karena ketika nanti anak-anak bersekolah, suasananya tidak akan seramai hari lagi takbiran Idulfitri menurut ketentuannya memiliki batas akhir yaitu setelah khotib turun dari mimbar. Beda dengan Idul Qurban, takbirannya hingga 3 hari ke begitu, agaknya esensi dari ucapan guruku tidaklah sesederhana itu. Lebaran Idulfitri memang menjadi momentum yang pas untuk saling saja menurutmu Idulfiri sebagai hari kemenangan adalah kesempatan yang besar bagi kita untuk menguatkan tali yang jauh, pulang ke kampung halaman hanya demi bersua dengan keluarga dan orang tua tercinta setelah sekian lama dipisahkan oleh mereka yang dekat, tidak henti-hentinya singgah ke rumah tetangga, sanak, hingga handai tolan untuk sekadar bersilaturahmi dan saling cicip-mencicip kue bermaaf-maafan?Sudah telat, sih. Kapan bermusuhannya, kapan minta maafnya. Kapan berkata syahdan menyakiti hati, tapi kapan pula mengakui kesalahan dan berusaha untuk tidak jatah bermusuhan sesuai dengan anjuran Rasulullah SAW tidak boleh lebih dari tiga hari?Kadang aku malah bingung. Tapi aku bukanlah orang sok alim yang langsung ingin menuduh bahwa kegiatan bermaaf-maafan di hari raya Idulfitri itu bid’ah karena tidak ada contoh yang dilakukan oleh Nabi Muhammad nantinya bertemu dengan orang semacam itu, rasa-rasanya gantian aku yang mau berkata, “Memangnya ada dalil bahwa Rasulullah SAW mengharamkan kita untuk meminta maaf di hari raya Idulfitri?”Aih, sudahlah. Aku bukanlah orang yang suka mendebati hal semacam itu. Intinya, kalau segala sesuatu hanya dipandang dari kebencian, maka segunung dalil pun tidak akan mampu memuaskan mereka. Bukankah untuk melarang atau mengharamkan sesuatu itu butuh dalil?Tentu Aku tidak mau membahasnya lebih dalam. Aku yakin bahwa selama umat muslim berpikir dengan kepala dingin, tidak meninggikan hawa nafsu, maka semua akan aman, damai, dan saling ya, kalau kemudian banyak orang menunggu momentum Idulfitri sebagai waktu yang tepat untuk bermohon maaf, maka itu yang tidak salah, kesalahannya dilakukan bulan ini sedangkan lebaran masih beberapa bulan terbayangkan oleh kita seberapa banyak dosa yang dikumpulkan karena kedua belah pihak telah memutuskan tali silaturahmi. Lebih dari tiga hari lho?Berpuasa di bulan Ramadan memang merupakan jalan menuju takwa, tapi ada banyak gang lain pula yang terbuka untuk kita tempuh agar mencapai takwa. Termasuklah bersegera dalam meminta SWT berkalam dalam QS Ali-Imran ayat 133-134وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ .[آل عمران133-134]ArtinyaDan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat ayat tersebut, mukmin yang cerdas pasti bisa memetik hikmah bahwasannya perilaku menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain adalah jalan lain menuju bila dicermati lebih lanjut, perilaku saling memaafkan ini pula harus disegerakan sebagaimana perintah Allah pada ayat 133, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu…”.Maka dari itulah, marah itu jangan lama-lama. Dendam itu jangan lama-lama. Semisal dendam sudah lama tumbuh dalam hati, sontak saja semua yang dilakukan oleh orang lain itu adalah ketika orang yang didendam itu sedang mendapat kebaikan, si pendendam malah iri, dengki, dan merasa bahwa Allah itu tidak adil karena telah memberikan kebahagiaan kepada orang min dzalik!Makanya itu, kalau saling bermaaf-maafnya harus menunggu hari raya, itu kelamaan. Kata-kata permintaan maaf yang sebening embun, seputih awan dan semisalnya itu adalah ucapan yang tidak apa-apa juga, sih. Daripada tidak sama sekali, kan. Setidaknya kita sudah menjalin atau bahkan mempererat kembali tali silaturahmi. Toh itu juga adalah jalan menuju takwa.****Boleh Baca Cerpen Menghitung Pemberian TerbaikDemikianlah tadi sajian Guru Penyemangat tentang cerpen bertema Idulfitri yang membahas tentang ucapan dan kata-kata maaf yang bermanfaat dan jadi 100% found this document useful 4 votes8K views2 pagesDescriptioncontoh cerpen hari raya idul fitriOriginal TitleCERPEN HARI RAYA IDUL FITRICopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 4 votes8K views2 pagesCerpen Hari Raya Idul FitriOriginal TitleCERPEN HARI RAYA IDUL FITRIJump to Page You are on page 1of 2 You're Reading a Free Preview Page 2 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. - Cerpen Idul Fitri adalah cerita pendek yang berisi tentang peristiwa, pengalaman, atau kisah yang terjadi selama Hari Raya Idul Fitri 2023. Cerpen ini dapat berisi berbagai hal, seperti kisah tentang kebersamaan keluarga saat berkumpul di rumah, kegembiraan dalam menikmati hidangan khas Idul Fitri, perjalanan pulang kampung, atau pengalaman lainnya yang terkait dengan perayaan Idul Fitri. Cerpen Idul Fitri biasanya mengandung pesan moral atau nilai-nilai kehidupan yang ingin disampaikan oleh penulisnya, seperti pentingnya saling maaf-memaafkan, kebersamaan, rasa syukur, dan nilai-nilai keagamaan lainnya. Baca Juga Cerpen Ramadhan 2023, Sebulan Penuh Berkah Cerpen ini dapat menjadi sarana untuk menyemangati pembaca dan mengingatkan mereka tentang makna sebenarnya dari Hari Raya Idul Fitri. Cerpen Idul Fitri sering diterbitkan di media massa, seperti surat kabar, majalah, atau antologi cerpen. Selain itu, cerpen ini juga dapat dibaca secara online di situs web atau aplikasi cerita pendek. Berikut ini adalah contoh cerpen tentang Hari Raya Idul Fitri 2023 Judul Kembali Bersama Keluarga Tercinta Santa telah menantikan hari yang paling dinantikan sepanjang tahun, yaitu Hari Raya Idul Fitri 2023. Ia telah menyiapkan segala sesuatunya dengan baik, mulai dari persiapan pakaian baru hingga makanan lezat untuk disajikan kepada para tamu yang akan berkunjung ke rumahnya. Baca Juga Cerpen Ramadhan 2023 Malam Pertama di Bulan Puasa Namun, ada satu hal yang membuat Santa sedih, yaitu karena ia tidak bisa berkumpul bersama keluarganya yang tinggal jauh di kampung. Ia merindukan suasana lebaran yang selalu meriah dan penuh kebahagiaan bersama keluarga. Namun, Santa tetap berusaha untuk menikmati hari raya Idul Fitri di kota tempat ia tinggal. Ia memutuskan untuk mengunjungi rumah teman-temannya yang juga merayakan Idul Fitri di kota tersebut. Santa merasa bahagia bisa bertemu dan berbincang-bincang dengan teman-temannya yang juga merindukan keluarga mereka di kampung halaman. Namun, di tengah keramaian dan kegembiraan bersama teman-temannya, Santa merasa kesepian dan merindukan keluarganya semakin kuat. Ia merasa bahwa tidak ada yang bisa menggantikan kehangatan dan kebersamaan dengan keluarga di hari raya Idul Fitri. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Perempuan tua itu terduduk di balik jendela yang terbuka. Wajahnya datar dengan tatapan kosong. Angin basah dari bukit bertiup lembut, terasa seperti mengelus kulit dan rambutnya yang mulai merata keperakan. Pikirannya berjalan-jalan entah ke mana. Bila tersadar telah melamun, ia segera kembali melihat ke luar bawah sana aliran sungai dengan air jernih gemericik diantara batu-batu. Di bantaran kiri-kanan sungai rerumpatan rapi terawat serta beberapa tanaman petani yang memanfaatkan musim kemarau untuk berkebun sayur-mayur."Tinggal saja di sini, Mak. Supaya pikiranmu tenang dan jernih. Hatimu pasti cepat kembali bening seperti aliran air di bawah sana itu. . . .!" "Tinggal di sini? Pindah?" "Ya. Di sini tenang, nyaman.. . .!""Begitu menurutmu?""Dengan selalu melihat dan mengamati aliran air diantara batu-batu rasaku Emak tidak akan memikirkan hal lain yang memberatkan hati. Dunia Emak yang rumit dan membingungkan selama ini akan perlahan hilang untuk berganti dengan ketenangan dan kesenangan. . . !" ucap Pak Sulamun dengan suara jernih dan rendah pada suatu hari dulu, mungkin lima atau enam tahun Fitri memandangi suaminya dengan mata nanar, mata bertanya-tanya. Ia tidak membantah atau mengiyakan. Apa saja yang diucapkan suaminya masih berupa harapan, dan setiap harapan senantiasa baik dan menyenangkan. Entah nanti bagaimana kenyataannya. "Ini rumah siapa, dan mengapa harus di sini?" akhirnya Mak Fitri bertanya. Lirih, dan seperti tanpa sengaja pertanyaan itu Sulamun tidak segera menjawab. Mungkin jawabannya sulit, atau memang tidak perlu dijawab. Ia pikir toh lambat-laun nanti isterinya bakal tahu sendiri."Aku sengaja pesan ruangan yang ada jendelanya. Ada pemandangan ke luar yang indah. Ya, ruangan ini. . . !" 1 2 3 Lihat Cerpen Selengkapnya Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. "Aku akan sampai di rumah kurang dari dua puluh empat jam," kata Ucok kepada mungkin sedang memasak lodeh untuk pasangan lontong medan kesukaannya. "Abang beneran mudik tahun ini? Tapi jangan bikin heboh macam dulu itu!" Lamria, adik perempuannya yang semakin menyebalkan, tidak mengerti apa yang dia coba katakan lima tahun lalu, dan dia pasti tidak akan mengerti. Panas hati membuat Ucok tak langsung masuk. Tiga batang rokok gagal membuat kepalanya dingin. Menunggu Amang keluar memberitahunya untuk masuk."Mungkin feeling orang tua itu sudah tak setajam dulu lagi." Dan dia terbatuk-batuk sampai dadanya opor ayam dan semur jengkol berikut daun ubi tumbuk adalah kenangan yang berkerak di dasar ingatannya. Dari jauh terdengar rombongan takbir keliling bocah menabuh beduk sambil menyerukan takbir. Bunyi-bunyian bertarung dengan ledakan mercon melayang tertiup angin, menabrak selaput timfani Ucok seperti gelombang tsunami."Paten juga usaha kau, dik, tetapi sekarang aku sudah sampai di sini. Mau apa kau, hah?" Ucok membanting pintu mobil. Di jendela ruang makan rumah keluarga, ada siluet lain duduk di meja. Tampaknya seorang laki-laki muda seukuran dia, tetapi rambutnya acak-acakan. Dia berpikir sejenak tentang membiarkan rambutnya tumbuh gondrong, tapi perhatiannya kembali ke bentuk tubuh yang duduk di sebelah Lamria. Adiknya itu tak punya kawan. Mana ada laki-laki yang tertarik sama cewek yang suka manjat pohon dan berkelahi dengan anak laki yang jauh lebih besar? Siapa pun cowok yang duduk di samping Lamria, pesta baru ini, dia pasti telah salah mendapatkan informasi tentang adiknya. Ucok mendengar seseorang berkata, "Biarkan saja jendelanya terbuka, dapur perlu sirkulasi udara." Itu terdengar seperti suara Inang, tetapi jika dia tahu Ucok ada di sana, dia akan keluar sambil memegang sepiring lontong opor lengkap dengan daging ayam dan semur jengkol atau sesuatu yang bodoh seperti menemukan sebiji timun suri di samping. Amang selalu menanam sendiri untuk dimakan di bulan Ramadan. Ini pasti disisakan untuknya. Buah itu dimasukkan ke dalam mobil, di kursi penumpang depan."Takkan kubagi dengan cowok si Lamria, Amang menyisakan ini untukku." Dia mencibir pada pantulan wajahnya di kaca spion. 1 2 Lihat Cerpen Selengkapnya

cerpen tentang idul fitri