Ayat1الْقَارِعَةُ. Terjemahan: Hari Kiamat. Tafsir: (Hari kiamat) dinamakan Al-Qaari'ah karena kengerian-kengerian yang terjadi di dalamnya sangat menggentarkan kalbu. Hari kiamat, yang dimulai dengan tiupan pertama dan diakhiri dengan penetapan keputusan untuk manusia. Baca Juga: Surah Al-A'raf Ayat 57-58; Seri Tadabbur Al-Qur
SuratAl-Isra Ayat 79 tentang Tahajud, Berikut Keutamaannya Bacaan Surat Al Fatihah Artinya, Lengkap Beserta Keutamaannya Surat Al Muthaffifin Beserta Terjemahannya, Lengkap dengan Asbabun Nuzul & Tafsir
Ayatini terdapat dalam surah Al Mursalat. Surah Al-Mursalat (bahasa Arab:المرسلات) adalah surah ke-77 dalam Alquran. Surah ini tergolong surah Makkiyah, terdiri atas 50 ayat. Dinamakan Al Mursalaat yang berarti (Malaikat-malaikat) yang diutus diambil dari kata Al Mursalaat yang terdapat pada ayat pertama surat ini. 4.7 (21 suara) Bagi ke FB
AsbabunNuzul Surat Al-Qadar Surat ini diperselisihkan masa turunnya. Ada yang berpendapat ia turun sebelum Nabi berhijrah, ada juga yang berpendapat sesudahnya. Melihat isi kandungan Surat Al-Qadar yang membicarakan tentang Lailatul Qadar yang merupakan salah satu malam di bulan Ramadhan. Mengingat bahwa kewajiban berpuasa baru ditetapkan pada tahun kedua hijriyah, maka cukup beralasan pendapat ulama yang menyatakan surat ini Madaniyyah.
Asbabunnuzul Surat al-Maun menjelaskan esensi ajaran Isam, yakni sebagai agama pembawa kasih. Kandungan Surat al-Maun juga menjelaskan bahwa Umat Islam harus bersungguh-sungguh dalam menjalankan cinta kasih itu dalam kehidupan sehari-hari.
harga tiket kapal laut balikpapan surabaya 2023. 1. وَٱلْمُرْسَلَٰتِ عُرْفًا wal-mursalāti urfā 1. Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan, 2. فَٱلْعَٰصِفَٰتِ عَصْفًا fal-āṣifāti aṣfā 2. dan malaikat-malaikat yang terbang dengan kencangnya, 3. وَٱلنَّٰشِرَٰتِ نَشْرًا wan-nāsyirāti nasyrā 3. dan malaikat-malaikat yang menyebarkan rahmat Tuhannya dengan seluas-luasnya, 4. فَٱلْفَٰرِقَٰتِ فَرْقًا fal-fāriqāti farqā 4. dan malaikat-malaikat yang membedakan antara yang hak dan yang bathil dengan sejelas-jelasnya, 5. فَٱلْمُلْقِيَٰتِ ذِكْرًا fal-mulqiyāti żikrā 5. dan malaikat-malaikat yang menyampaikan wahyu, 6. عُذْرًا أَوْ نُذْرًا użran au nużrā 6. untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan, 7. إِنَّمَا تُوعَدُونَ لَوَٰقِعٌ innamā tụ’adụna lawāqi’ 7. sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu itu pasti terjadi. 8. فَإِذَا ٱلنُّجُومُ طُمِسَتْ fa iżan-nujụmu ṭumisat 8. Maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan, 9. وَإِذَا ٱلسَّمَآءُ فُرِجَتْ wa iżas-samā`u furijat 9. dan apabila langit telah dibelah, 10. وَإِذَا ٱلْجِبَالُ نُسِفَتْ wa iżal-jibālu nusifat 10. dan apabila gunung-gunung telah dihancurkan menjadi debu, 11. وَإِذَا ٱلرُّسُلُ أُقِّتَتْ wa iżar-rusulu uqqitat 11. dan apabila rasul-rasul telah ditetapkan waktu mereka. 12. لِأَىِّ يَوْمٍ أُجِّلَتْ li`ayyi yaumin ujjilat 12. Niscaya dikatakan kepada mereka “Sampai hari apakah ditangguhkan mengazab orang-orang kafir itu?” 13. لِيَوْمِ ٱلْفَصْلِ liyaumil-faṣl 13. Sampai hari keputusan. 14. وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا يَوْمُ ٱلْفَصْلِ wa mā adrāka mā yaumul-faṣl 14. Dan tahukah kamu apakah hari keputusan itu? 15. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 15. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 16. أَلَمْ نُهْلِكِ ٱلْأَوَّلِينَ a lam nuhlikil-awwalīn 16. Bukankah Kami telah membinasakan orang-orang yang dahulu? 17. ثُمَّ نُتْبِعُهُمُ ٱلْءَاخِرِينَ ṡumma nutbi’uhumul-ākhirīn 17. Lalu Kami iringkan azab Kami terhadap mereka dengan mengazab orang-orang yang datang kemudian. 18. كَذَٰلِكَ نَفْعَلُ بِٱلْمُجْرِمِينَ każālika naf’alu bil-mujrimīn 18. Demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang yang berdosa. 19. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 19. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 20. أَلَمْ نَخْلُقكُّم مِّن مَّآءٍ مَّهِينٍ a lam nakhlukkum mim mā`im mahīn 20. Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina? 21. فَجَعَلْنَٰهُ فِى قَرَارٍ مَّكِينٍ fa ja’alnāhu fī qarārim makīn 21. kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh rahim, 22. إِلَىٰ قَدَرٍ مَّعْلُومٍ ilā qadarim ma’lụm 22. sampai waktu yang ditentukan, 23. فَقَدَرْنَا فَنِعْمَ ٱلْقَٰدِرُونَ fa qadarnā fa ni’mal-qādirụn 23. lalu Kami tentukan bentuknya, maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan. 24. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 24. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 25. أَلَمْ نَجْعَلِ ٱلْأَرْضَ كِفَاتًا a lam naj’alil-arḍa kifātā 25. Bukankah Kami menjadikan bumi tempat berkumpul, 26. أَحْيَآءً وَأَمْوَٰتًا aḥyā`aw wa amwātā 26. orang-orang hidup dan orang-orang mati? 27. وَجَعَلْنَا فِيهَا رَوَٰسِىَ شَٰمِخَٰتٍ وَأَسْقَيْنَٰكُم مَّآءً فُرَاتًا wa ja’alnā fīhā rawāsiya syāmikhātiw wa asqainākum mā`an furātā 27. dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, dan Kami beri minum kamu dengan air tawar? 28. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 28. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 29. ٱنطَلِقُوٓا۟ إِلَىٰ مَا كُنتُم بِهِۦ تُكَذِّبُونَ inṭaliqū ilā mā kuntum bihī tukażżibụn 29. Dikatakan kepada mereka pada hari kiamat “Pergilah kamu mendapatkan azab yang dahulunya kamu mendustakannya. 30. ٱنطَلِقُوٓا۟ إِلَىٰ ظِلٍّ ذِى ثَلَٰثِ شُعَبٍ inṭaliqū ilā ẓillin żī ṡalāṡi syu’ab 30. Pergilah kamu mendapatkan naungan yang mempunyai tiga cabang, 31. لَّا ظَلِيلٍ وَلَا يُغْنِى مِنَ ٱللَّهَبِ lā ẓalīliw wa lā yugnī minal-lahab 31. yang tidak melindungi dan tidak pula menolak nyala api neraka”. 32. إِنَّهَا تَرْمِى بِشَرَرٍ كَٱلْقَصْرِ innahā tarmī bisyararing kal-qaṣr 32. Sesungguhnya neraka itu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi istana. 33. كَأَنَّهُۥ جِمَٰلَتٌ صُفْرٌ ka`annahụ jimālatun ṣufr 33. Seolah-olah ia iringan unta yang kuning. 34. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 34. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 35. هَٰذَا يَوْمُ لَا يَنطِقُونَ hāżā yaumu lā yanṭiqụn 35. Ini adalah hari, yang mereka tidak dapat berbicara pada hari itu, 36. وَلَا يُؤْذَنُ لَهُمْ فَيَعْتَذِرُونَ wa lā yu`żanu lahum fa ya’tażirụn 36. dan tidak diizinkan kepada mereka minta uzur sehingga mereka dapat minta uzur. 37. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 37. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 38. هَٰذَا يَوْمُ ٱلْفَصْلِ ۖ جَمَعْنَٰكُمْ وَٱلْأَوَّلِينَ hāżā yaumul-faṣli jama’nākum wal-awwalīn 38. Ini adalah hari keputusan; pada hari ini Kami mengumpulkan kamu dan orang-orang terdahulu. 39. فَإِن كَانَ لَكُمْ كَيْدٌ فَكِيدُونِ fa ing kāna lakum kaidun fa kīdụn 39. Jika kamu mempunyai tipu daya, maka lakukanlah tipu dayamu itu terhadap-Ku. 40. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 40. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 41. إِنَّ ٱلْمُتَّقِينَ فِى ظِلَٰلٍ وَعُيُونٍ innal-muttaqīna fī ẓilāliw wa uyụn 41. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam naungan yang teduh dan di sekitar mata-mata air. 42. وَفَوَٰكِهَ مِمَّا يَشْتَهُونَ wa fawākiha mimmā yasytahụn 42. Dan mendapat buah-buahan dari macam-macam yang mereka ingini. 43. كُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ هَنِيٓـًٔۢا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ kulụ wasyrabụ hanī`am bimā kuntum ta’malụn 43. Dikatakan kepada mereka “Makan dan minumlah kamu dengan enak karena apa yang telah kamu kerjakan”. 44. إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْمُحْسِنِينَ innā każālika najzil-muḥsinīn 44. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. 45. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 45. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 46. كُلُوا۟ وَتَمَتَّعُوا۟ قَلِيلًا إِنَّكُم مُّجْرِمُونَ kulụ wa tamatta’ụ qalīlan innakum mujrimụn 46. Dikatakan kepada orang-orang kafir “Makanlah dan bersenang-senanglah kamu di dunia dalam waktu yang pendek; sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang berdosa”. 47. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 47. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 48. وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱرْكَعُوا۟ لَا يَرْكَعُونَ wa iżā qīla lahumurka’ụ lā yarka’ụn 48. Dan apabila dikatakan kepada mereka “Rukuklah, niscaya mereka tidak mau ruku’. 49. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn 49. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 50. فَبِأَىِّ حَدِيثٍۭ بَعْدَهُۥ يُؤْمِنُونَ fa bi`ayyi ḥadīṡim ba’dahụ yu`minụn 50. Maka kepada perkataan apakah selain Al Quran ini mereka akan beriman? Asbabun Nuzul Surat al-Mursalat Surah Al-Mursalat adalah surah yang terakhir dari Juz ke-29 dan merupakan surah terakhir dari surah-surah Thiwal Al-Mufashshal yang dimulai dari surah Qaf hingga surah Al-Mursalat. Surah Al-Mursalat dari ayat pertama hingga terakhir termasuk surah Makkiyah berdasarkan pendapat jumhur ulama [1]. Dan jika kita melihat surah ini, maka kita akan dapati bahwa nuansa surah ini sama dengan surah-surah Makkiyah lainnya yang isinya adalah pengingkaran serta bantahan terhadap orang-orang musyrikin yang mereka mengingkari adanya hari kebangkitan, kecuali satu ayat di mana Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ارْكَعُوا لَا يَرْكَعُونَ “Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Rukuklah,” mereka tidak mau rukuk.” QS. Al-Mursalat 48 Sebagian ulama mengatakan bahwa ayat ini merupakan ayat Madaniyah karena shalat baru banyak dibicarakan tatkala Nabi shallallahu alaihi wasallam berpindah dari Mekkah ke Madinah. Akan tetapi hal ini dibantah oleh sebagian ulama bahwa ayat ini tetap termasuk Makkiyah, karena firman Allah Subhanahu wa ta’ala ini maksudnya adalah “Jika mereka diperintahkan untuk masuk Islam mereka enggan”, yaitu Islam diungkapkan dengan ruku’ shalat, karena seseorang untuk bisa shalat dan rukuk, maka ia harus masuk Islam terlebih dahulu. Dan hal seperti ini pun sama dalam ayat-ayat yang lain seperti firman Allah Subhanahu wa ta’ala, وَقَدْ كَانُوا يُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ وَهُمْ سَالِمُونَ “Dan sungguh, dahulu di dunia mereka telah diseru untuk bersujud pada waktu mereka sehat tetapi mereka tidak melakukan.” QS. Al-Qalam 43 [2] Surah Al-Qalam juga termasuk surah Makkiyah. Dan ayat ini bercerita tentang orang-orang musyrikin yang diperintahkan sujud, maksudnya adalah diperintahkan untuk masuk Islam. Demikian pula firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam surah Al-Muddatstsir, مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ، قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ “Apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam neraka Saqar?” Mereka menjawab, “Dahulu kami tidak termasuk orang-orang yang melaksanakan shalat.” QS. Al-Muddatstsir 42-43 Ayat ini maksudnya adalah orang-orang musyrikin dahulu tidak shalat dan tidak beriman tidak masuk Islam, sehingga menjerumuskan mereka ke dalam neraka Saqar. Oleh karenanya pendapat yang lebih benar adalah surah Al-Mursalat dari awal hingga akhir turun sebelum Nabi shallallahu alaihi wasallam berhijrah atau dengan kata lain termasuk surah Makkiyah. Surah Al-Mursalat juga dikenal dengan surah Al-Urf[3] sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala, وَالْمُرْسَلَاتِ عُرْفًا “Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan.” QS. Al-Mursalat 1 عُرْفًا adalah satu kata yang tidak terdapat dalam surah-surah yang lain. Dan para ulama terbiasa memberi nama sebuah surah dengan menyebutkan awal surah atau menyebutkan satu kata dari surah tersebut yang tidak terdapat pada surah-surah yang lain. Oleh karenanya para ulama juga menyebut surah Al-Mursalat dengan surah Al-Urf karena kalimat عُرْفًا hanya ada pada surah Al-Mursalat. Di antara dalil yang menunjukkan bahwa surah Al-Mursalat merupakan surah Makkiyah adalah perkataan Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu. Beliau berkata, نَزَلَتْ وَالْمُرْسَلاتِ عُرْفاً عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةَ الْجِنِّ وَنَحْنُ مَعَهُ نَسِيرُ، حَتَّى أَوَيْنَا إِلَى غَارٍ بِمِنًى فَنَزَلَتْ، فَبَيْنَا نَحْنُ نَتَلَقَّاهَا مِنْهُ، وَإِنَّ فَاهُ لَرَطْبٌ بِهَا إِذْ وَثَبَتْ حَيَّةٌ، فَوَثَبْنَا عَلَيْهَا لِنَقْتُلَهَا فَذَهَبَتْ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وُقِيتُمْ شَرَّهَا كَمَا وُقِيَتْ شَرَّكُمْ “Ayat Warmusalaati Urfaa’ turun kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam pada malam Al-Jin[4] dan kami bersama sedang berjalan bersama beliau. Sampai ketika kami bernaung untuk bersembunyi di sebuah gua di Mina, maka turun ayat tersebut. Maka Nabi mengajarkan ayat tersebut kepada kami. Dan ketika baru saja ayat tersebut diajarkan kepada kami, tiba-tiba muncul seekor ular. Maka kami pergi untuk membunuhnya, akan tetapi ular itu kabur. Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata Kalian telah selamat dari keburukan ular tersebut sebagaimana ular itu telah selamat dari keburukan kalian’.”[5] Ini menunjukkan bahwa surah ini turun di Mekkah sebelum Nabi shallallahu alaihi wasallam berhijrah ke Madinah. Dan nuansa surah ini juga jelas berbicara tentang hari kiamat, tentang membantah orang-orang musyrikin yang mengingkari hari kiamat. Berbeda dengan ciri-ciri surah Madaniyah yang biasanya isinya berkaitan dengan fikih dan hukum-hukum. Surah Al-Mursalat adalah surah yang terakhir dibaca oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam shalat berjamaáh jahriyah sebelum beliau meninggal dunia, yaitu dalam shalat maghrib. Ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam sedang sakit parah akan meninggal dunia, shalat jahriyah yang terakhir beliau imami adalah shalat maghrib, dan tatkala itu Nabi shallallahu alaihi wasallam membaca surah Al-Mursalat. Dan kita tahu bahwasanya pada waktu shalat maghrib, Nabi shallallahu alaihi wasallam biasanya membaca surah-surah Qishar Al-Mufashshal[6]. Adapun surah-surah Tiwal Al-Mufashshal yang di dalamnya termasuk surah Al-Mursalat biasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam baca pada saat shalat subuh. Adapun Aushat Al-Mufashshal[7] biasa Nabi shallallahu alaihi wasallam baca pada shalat-shalat subuh. Adapun yang disebut dengan surah-surah Mufashshal adalah surah yang terdiri dari surah Qaf hingga surah An-Naas. Intinya adalah ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam sakit akan meninggal, beliau menjadi imam shalat maghrib dan membaca surah Al-Mursalat. Dan kita tahu bahwa ini bukanlah kebiasaan Nabi shallallahu alaihi wasallam. Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhu berkata, قَرَأْتُ سُورَةَ وَالْمُرْسَلاتِ عُرْفاً فَسَمِعَتْنِي أُمُّ الْفَضْلِ امْرَأَةُ الْعَبَّاسِ، فَبَكَتْ وَقَالَتْ وَاللَّهِ يَا بُنَيَّ لَقَدْ أَذْكَرْتَنِي بِقِرَاءَتِكَ هَذِهِ السُّورَةَ إِنَّهَا لَآخِرُ مَا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ بِهَا فِي صَلَاةِ الْمَغْرِبِ “Aku membaca surah Walmursalati urfaa’, maka Ummu Al-Fadhl istri Abbas ibuku mendengarku membacanya. Maka dia pun menangis dan berkata Demi Allah Wahai anakku, engkau telah mengingatkanku ketika engkau membaca surah ini. Sesungguhnya ini adalah surah terakhir yang aku dengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membacanya pada shalat maghrib.”[8] Dan keterkaitan antara surat ini dengan yang sebelumnya adalah tatkala Allah pada surat sebelumnya yaitu surat al-Muddattsir berbicara tentang hari kiamat dan Allah menjelaskan bahwa Allah akan memasukkan orang-orang yang ia kehendaki ke dalam surga, dan orang-orang yang zholim ke dalam neraka, maka pada ayat ini Allah azza wa jalla bersumpah bahwa itu akan terjadi dan Allah menjelaskan kapan waktunya dan tanda-tandanya, sehingga Allah bersumpah bahwa semua yang terkandung pada surat sebelumnya pasti terjadi. [9] _____________ Footnote [1] Lihat At-Tahrir Wat Tanwir 29/418 [2] Lihat At-Tahrir Wat Tanwir 29/418 [3] Lihat At-Tahrir Wat Tanwir 29/417 [4] Malam Al-Jin adalah malam di mana suatu hari para sahabat kehilangan Nabi shallallahu alaihi wasallam. Ternyata pada malam itu Nabi shallallahu alaihi wasallam didatangi oleh sekelompok Jin meminta Nabi shallallahu alaihi wasallam berdakwah kepada kaum Jin. Maka pada malam itu para sahabat kehilangan Nabi shallallahu alaihi wasallam karena pergi mendakwahi para Jin. Maka malam perginya Nabi shallallahu alaihi wasallam dikenal dengan Malam Al-Jin Lailatul Jin. Lihat HR Muslim no 450 [5] Tafsir Al-Qurthubi 19/153 [6] Surah-surah pendek dari surah Ad-Dhuha hingga surah An-Naas [7] Surah-surah yang sedang, dimulai dari surah An-Naba’ hingga surah Al-Lail. [8] Tafsir Ath-Thabari 19/153 [9] Tafsir Ruh Al Ma’ani, Al Alusi, 15/187, Al Maroghi, 29/178
* The preview only display some random pages of manuals. You can download full content via the form below. Surah Al-Mursalat Bahasa Arab ت سورة المرسلialah surah ke-77 dalam al-Quran. Surah ini tergolong surah Makkiyah, terdiri atas 50 ayat. Dinamakan Al Mursalaat yang berarti "malaikat-malaikat yang diutus" diambil dari kata Al Mursalaat yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Isi kandungan Penegasan Allah bahwa semua yang diancamkan-Nya pasti terjadi Peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum hari berbangkit Peringatan Allah akan kehancuran umat-umat yang dahulu yang mendustakan nabi-nabi dan asal kejadian manusia dari air yang hina Keadaan orang-orang kafir dan orang mukmin di hari kiamat Asbabun Nuzul Surah Al-Mursalaat 5 Jan asbabun nuzul surah alqur’an Senin, 07 Februari 2011 Tafsir Surat Al-Mursalat ayat 25-28 بسم ال الرحمن الرحيم ت نوأنلسنقل َنيننامك م ممم مفنراتا * نوليلل نيلونمئٍذّذ للللمم ن ذض ئكنفاتا * أنلحن َنيمام نوأنلمواتا * نونجنعللننا ئف َنينها نرنوائسني نشائمنخاٍذ كّذذ َنينن * أننلل م نلجنعئل اللر ن 25. Bukankah Kami menjadikan bumi tempat berkumpul? 26. Orang-orang hidup dan orang-orang mati? 27. Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, dan beri Kami minum kamu dengan air tawar? 28. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Tafsir lughawi Banyak ulama yang memberi makna lafadz ئكنفاتااsama dengan جامعة/ ضامةyang berarti yang mengumpulkan. Atau bermakna الوعامyakni wadah. Maksudnya, bumi adalah wadah atau tempat berkumpulnya orang-orang hidup dan mati. orang yang hidup berjalan di atasnya sedang yang mati terkubur di dalammnya, sebagaimana yang dikatakan Qatadah, al-Syu’bi, al-Mahalli dan muffassir lain. Zamakhsyari mengatakan bahwa tidak hanya sebatas manusia yang hidup dan mati saja. Karena lafadz أنلحن َنيمام نوأنلمواتااberupa ism nakiroh sehingga maknanya pun umum. Senada dengan apa yang dikutip al-Mawardi dari salah satu qaulnya Mujahid, ayat tersebut bisa juga berarti tumbuhtumbuhan dan bangkai-bangkai lainnya. ت نرنوائسني نشائمنخاٍذpara mufasir sepakat memberinya makna gunung yang tinggi. Zamakhsyari berkata penggunaan ism nakiroh pada ت نرنوائسني نشائمنخاٍذdan ممم مفنراتاberfaedah tab’idh menyebutkan sebagiannya saja. Karena di langit terdapat gunung-gunung -sebagaimana disebutkan surat al-Nur 24 43- dan air tawar pula. Dalam segi hukum, berdasarkan ayat ini para ulama beristimbath bahwa hukum menguburkan mayit adalah wajib. Ulama Syafi’iyah juga mendasarkan ayat ini sebagai dalil potong tangan bagi pencuri kain kafan mayit yang sudah dikubur. Tafsir Ijmali Setelah memperingatkan dan menakut-nakuti orang kafir dengan keadaan kiamat, menyiksa mereka sebagaimana umat-umat pendusta yang terdahulu, dalam ayat ini Allah memperlihatkan contoh kenikmatan-kenikmatan yang telah Dia curahkan kepada mereka tapi mereka mengingkari dan mendustakannya. Allah mengingatkan betapa banyaknya Allah melimpahkan anugrah-Nya, namun kenapa juga mereka masih mendustakan keberadaan-Nya? Senin, 07 Februari 2011 Tafsir Surat Al-Mursalat ayat 46-50 48. dan apabila dikatakan kepada mereka “Rukuklah, niscaya mereka tidak mau ruku’*. Al-Mursalaat 48 * Sebagian ahli tafsir mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan rukuk di sini ialah tunduk kepada perintah Allah; sebagian yang lainnya mengatakan, Maksudnya ialah shalat. Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari Mujahid bahwa Firman Allah, wa idzaa qiila lahumurka’uu laa yarka’uun dan apabila dikatakan kepada mereka “Rukuklah, niscaya mereka tidak mau ruku’ Al-Mursalaat 48 turun berkenaan dengan suku Tsaqif yang tidak mau rukuk shalat. Sumber Asbabunnuzul, KHQ. Shaleh dkk Tagal mursalaat, al mursalat, Al-qur'an, Asbabun nuzul, bahasa indonesia, hadits, islam, religion, riwayat, surah, surat, tafsir. ل نيلرنكمعونن * نوليلل نيلونمئٍذّذ للللمم ن ذ ل ذإئنكل م لملجئرممونن * نوليلل نيلونمئٍذّذ للللمم ن ذ * مكملولا نونتنمنّتعولا نقئل َني ا كّذذ َنينن * نوذإنذا ئق َنينل نلمهم م الرنكمعولا ن كّذذ َنينن * نفئبنأذي نحئديٍذث نذلعندمه ميلؤئممنونن 46. Dikatakan kepada orang-orang kafir "Makanlah dan bersenang-senanglah kamu di dunia dalam waktu yang pendek; sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang berdosa." 47. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 48. Dan apabila dikatakan kepada mereka "Rukuklah, niscaya mereka tidak mau ruku' 49. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. 50. Maka kepada perkataan apakah sesudah Al Quran ini mereka akan beriman? مكملولا نونتنمنّتعولا نقئل َني ا ل ذإئنكل م لملجئرممونن Makan dan bersenang-senanglah, tapi sedikit saja. Menurut Zamakhsyari dalam ayat ini Allah bermaksud menghina para pendusta itu. Amr perintah dalam ayat ini bukan berfaedah tahdid menggertak. Perintah ini lebih cocok berfaedah tahsiir dan takhsiir celaan, ejekan/ penghinaan. Karena perintah tersebut jatuh setelah Allah memamerkan keadaan orang-orang muttaqiin yang berlimpah nikmat. Karena mereka merasa terhina tak satupun dari para pendusta itu yang melaksanakan perintah tersebut. Bisa juga kalimat ayat ini menjadi kalam isti’naf kalimat baru yang terpisah dari khithob tujuan pembicaraan/ kata ganti orang kedua sebelumnya. Menurut yang menganut madzhab ini seperti Abu Hayyan dan Jalauddin al-Mahalli, khitob kallimat ditujukan kepada para pendusta di dunia. Jika demikian maka faedah amr dalam ayat ini boleh sebagai tahdid gertakan untuk para pendusta di alam dunia. Jika pada pendapat yang pertama tidak berlaku faedah tahdid adalah karena khitob-nya kepada para pendusta di akhirat dimana faedah tahdid ini tidak cocok untuk susunan dan tujuan kalimatnya. Makan dan bersenang-senanglah sebentar saja di dunia, setelah itu rasakanlah adzab yang pedih selama-lamanya di akhirat. Maka kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. نوذإنذا ئق َنينل لنمهم م الرنكمعولا ن ل نيلرنكمعونن Ketika mereka diperintah untuk ruku’, tunduk, merendahkan diri di hadapan Allah azza wa jalla -dengan menerima kebenaran wahyu-Nya, mengikuti agama-Nya, dan meninggalkan kesombongan dan kecongkakan- mereka tak mau. Mereka bersikukuh untuk tetap sombong dan congkak. Wahbah Zuhaili menerangkan dalam tafsirnya bahwa dalam ilmu balaghah, ayat ini termasuk majaz mursal. Yang disebutkan secara sharih jelas rukuk tapi yang dimaksud adalah shalat. Ayat ini termasuk contoh dari ithlaqi al-juz wa iradati al-kull menyebutkan suatu bagian dari apa yang sebenarnya dimaksudkan. Muqatil mengatakan ayat ini turun berkenaan dengan kaum Tsaqif. Mereka berkata kepada Rasulullah SAW “kami meninggalkan shalat, kami tidak mau jungkir balik -jengkang-jengking- bhs jawa- rukuk sujud - sujud rukuk, karena itu hanya menjadi bahan umpatan dan olok-olok bagi kami.” Maka Rasul bersabda “tidak ada kebaikan dalam menjalankan agama yang di dalamnya tidak ada rukuk dan sujud. Hadits ini diriwayatkan pula oleh Abu Daud dan Thabrani. Menurut Ibnu Abbas sebagaimana yang dikutip al-Alusi dalam tafsir al-Munir, perintah itu ditujukan pula pada para pendusta di hari kiamat. Amr-nya berfaedah lil wujuub keharusan. Mereka disuruh harus rukuk dan sujud, namun mereka tak mampu karena sebelumnya mereka tak pernah melakukan sujud dan rukuk sewaktu di dunia. Maka kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Mendustakan dan tak mau tunduk ketika diperintahkan untuk tunduk. نفئبنأذي نحئديٍذث نذلعندمه ميلؤئممنونن Para mufassir sepakat bahwa maksud lafadz “ ”نحئديٍذثdisini adalah al-qur’an. Penggunaan lafadz ba’da setelah, menurut al-Alusi menunjukkan keterpautan tingkatan al-qur’an atas kitab-kitab lainnya. Tidak ada perkataan atau berita yang lebih berhak dipercayai mengalahkan al-qur’an. Kata yu’minun beriman/ percaya juga ditafsiri yushaddiquun membenarkan. Surat ini ditutup dengan ayat yang mengungkapkan ekspresi keheranan atas para pendusta itu. Bisa-bisanya mereka tak mempercayai membenarkan al-qur’an yang benar-benar telah terbukti kebenaran hujjah-nya. Kalau tidak kepada al-qur’an kepada perkataan berita apa lagi sesudahnya yang akan mereka percayai dan benarkan? Tafsir ijmali Pada kelompok terakhir dari rangkaian ayat-ayat dalam surat al-mursalat ini Allah seakan-akan membiarkan para pendusta sejenak bersenang-senang sebentar di alam dunia. Namun setelah itu Dia akan menyiksa mereka selamalamanya di akhirat. Karena ketika diperintahkan untuk tunduk dengan menerima kebenaran wahyu, mereka enggan dan sombong. Maka kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Kemudian surat ini ditutup dengan ayat yang mengekspresikan keheranan atas pendustaan mereka terhadap berita-berita al-qur’an yang sudah terbukti kebenarannya. Lalu kepada perkataan berita apalagi setelah al-qur’an yang akan mereka percayai?
Jakarta - Surat Al Mursalat, seperti yang dikutip dari Tafsir Al Lubab Jilid 4 oleh M Quraish Shihab, merupakan surat ke 77 dalam Al-Quran yang terdiri dari 50 ayat. Surat ini termasuk ke dalam surat Makkiyah, yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Bahkan surat ini menjadi salah satu surat yang diterima Nabi di masa-masa awal buku M Quraish Shihab, tema dari surat ini sama halnya dengan surat dalam Al-Quran yang turun sebelum hijrahnya Nabi, yakni tentang keniscayaan kiamat serta bukti kekuasaan Allah SWT dalam membangkitkan manusia serta ancaman bagi mereka yang tujuan dari diturunkannya surat Al Mursalat ini adalah untuk menjelaskan tentang akhir perjalanan hidup di bumi ini dengan memberikan ganjaran bagi mereka yang bersyukur yaitu memberikan surga, dan pembalasan bagi yang kafir yaitu azab neraka. Agar mereka senantiasa menyiapkan bekal menghadapi saat tersebut. Asbabun NuzulBerdasarkan yang ditulis oleh Imam As-Suyuthi dalam bukunya Asbabun Nuzul, Al-Qurthubi mengatakan bahwa surat Al Mursalat diturunkan di kota Mekkah. Namun Ibnu Abbas dan Qatadah menambahi, kecuali satu ayat turun di Madinah yaitu pada ayat 48وَاِذَا قِيْلَ لَهُمُ ارْكَعُوْا لَا يَرْكَعُوْنَArtinya "Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Rukuklah," mereka tidak mau rukuk."Ayat tersebut turun berkenaan dengan kabilah Tsaqif yang enggan melaksanakan shalat. Maka turunlah ayat yang berkenaan dengan mereka itu. Ibnu Katsir mengatakan bahwa maksudnya adalah orang-orang Tsaqif, seperti yang ditulis dalam buku Strategi Hijrah Prinsip-Prinsip dan Ilmiah Tuhan oleh Ahmad Abdul Azhim Muhammad adalah musuh bebuyutan kaum Quraisy dalam persoalan agama dan karena itu, kabilah Tsaqif memanfaatkan Islam agar dapat unggul atas kaum Quraisy. Kabilah Tsaqif memiliki berhala yang dinamainya Lata. Kaum mereka bahkan mendirikan tempat suci yang serupa Ka'bah dan menyeru manusia untuk berhaji ke surat Al MursalatBerikut adalah keutamaan surat Al Mursalat, yang dikutip dari buku Keutamaan Al Quran dalam Perspektif Hadits oleh Ahsantudhonni, adalah termasuk dalam surat an-nazhair yang selalu dibaca nabi saat sholat ini berdasarkan Riwayat dari Abdullah bin Abbas RA bahwa Abu Bakar As-Shiddiq berkata "Saya bertanya kepada Nabi SAW 'Apakah yang menyebabkan engkau beruban ya Rasulullah?' kemudian beliau menjawab 'Surat Hud, Surat Al-Waqiah, Surat Al-Mursalat, Surat An-Naba, dan At-Takwir." HR. At-TirmidziSimak Video "Permintaan Maaf Wanita Simpan Al-Qur'an Dekat Sesajen-Akui Tertarik Islam" [GambasVideo 20detik] lus/lus
INTRODUCTION Al-Quran was revealed by God through the intermediary of an angel Jibril to the Prophet Muhammad to be a role model and a way of life for all mankind, giving way bright and straight so that people do not fall for the temptations and distractions satan who always invites people to follow their passions and do immoral order sent to hell along with them in the hereafter. Al-Quran is a guide to mankind that contains the basics of faith in God and the teachings of other Islamic, recounted the events of the past in order to take a lesson and tell the events that will occur in the future so that people could be preparing themselves to deal with it. Therefore, most of the contents of the Koran was revealed to goals like that, but continue reading… the public and the sahabat who lived in the time of Prophet Muhammad experiencing events that require explanation and answers to all the problems that occur, whether it is social conflict, questions companions to the Prophet about the laws and phenomena, as well as other events which led to the revelation to the Prophet. Explanations and answers are the causes of the revelation of the verse by verse called asbab al-nuzul. In this paper will explain what is meant by asbab al-nuzul, asbab al-nuzul types and benefits of studying asbab al-nuzul. DISCUSSION Defenition of “Asbabun Nuzul” In every state there must be reasons that become the background of something happening, even though all of the phenomena underlying the occurrence of something can be called asbab al-nuzul, but in its use asbab al-nuzul special expression used to describe the causes of the background for the decline in the Qur’an. The term asbab al-nuzul can be interpreted as the causes that accompany the revelation of the verses of the Koran to the Prophet Muhammad because there was an event that requires clarification or questions that need answers both about around the law, the state of the environment where people live, as well as questions and deed conducted by the friends and the people who need the permanence and certainty. Kinds of Asbabun Nuzul Asbab al-nuzul is the causes underlying the decline in verse to the Prophet Muhammad, in certain cases there are some kinds of underlying reasons for the decline in verse or revelation to the Prophet, among them there are some events that cause a decline in one verse, one verse for some events and more Some Revelation for One Asbab Sometimes many verses down while the cause is just one event. An example is the question of a person to the Prophet Muhammad about the mention of the word “woman” in the Quran, the verse came in surah Ali Imran verse 195, Surah Al-Ahzab verse 35 and Surah An-Nisa verse 32 is the verses revealed with regard to one the cause. The verses read “And their Lord allow the petition by saying I am not wasting charitable people who labor among you, whether male or female because most of you are descendants of others…”Ali-Imran verse 195 “Surely men and women who are Muslims, men and women who are believers [in 1218], men and women who remain in devotion, men and women are true, men and women who are patient, male and women who are humble, men and women who give alms, both men and women who fast, men and women who maintain the honor, men and women who many call name of Allah, Allah has prepared for them forgiveness and great reward “Al-Ahzab 35 “And do not covet what God has given to some of you more than others. Because for men there is a portion of what they earn, and to women also there is a portion of what they have earned, and ask Allah of His bounty portion. Indeed, Allah is Knowing of all things “An-Nisa 32 Some Asbab for One Person 1. For Prophet Muhammad Sometimes the Koran was revealed due to a strike of Allah to the Prophet Muhammad in both the household relationships and social interaction as well as in the delivery of propaganda. There are five reasons verses was revealed about the Prophet. First, when the Prophet forbids honey on him because wants to please his wife. Then Allah revealed the verse “O Prophet, why do you forbid that which Allah has made lawful for you; you are looking for joy at your wives? And Allah is Oft-Forgiving, Most Merciful “At-Tahrim 1. Second, the Prophet Muhammad was very sad when his uncle Abu Talib died and he wanted to pray that God will forgive the sins of his uncle. Then Allah revealed “not for the Prophet and those who believe ask for forgiveness to Allah for the idolaters even though the polytheists it is of kin her, after obvious to them that the idolaters are the dwellers of hell.“At-Tauba 113 The third thing is the cause of the revelation of the verse as a warning to the Prophet Muhammad was when he wanted to preach to the Quraysh officials, along with it came a blind man named Abdullah bin Umm Maktum came he wanted to ask for clarification on propaganda. But the Prophet ignored him and kept up to magnifying the Quraish. Then the verse came down rebuking the Prophet is surah Abasa. Fourth, one day the Prophet Muhammad was asked by several people of Quraish about something, then the Prophet replied by saying “I will answer any questions you tomorrow” while waiting for the revelation to answer these questions. But the revelation does not go down until a few days and when the revelation come down, God rebuked the Prophet “And do not you ever say about anything, I shall be doing this in the morning, except calling; “God Willing” Al-Kahf 23-24. And the fifth is when the Prophet Muhammad received revelations but he became very confused if it will be forgotten one paragraph or letter of the Koran. Therefore, when Gabriel delivered the revelation, the Prophet immediately repeat the word-by-word to memorize it quickly. This act has been rebuked by God through “Do not move your tongue to read the Qur’an that want to master it quickly” Surah Al-Qiyamah 16 2. For Saad bin Abi Waqqas This relates to some of the events that occurred on one of the companions of the Prophet named Sa’ad bin Abi Waqqas. The first incident was when Sa’ad bin Abi Waqqas converted to Islam, his mother did not agree, and vowed that he would not eat and drink if Sa’ad did not leave Islam. Then the verse came down with regard to the incident that surah Luqman verse 15 “And if they force you to associate with Me something you have no knowledge about it, then do not follow them, and keep both of them in the world with the good, and follow the path of the returning to me, and then only to me is your return, then I am proclaiming to you what you did “. The second event was when Sa’ad bin Abi Waqqas took a sword and admired it, then he said to the Prophet O Messenger of Allah, give me this sword. Then the verse came down. “They ask you about division spoils of war. Say “The spoils of war belong to Allah and the Messenger [593], therefore, fear Allah and reform the relationship between neighbor; and obey Allah and His Messenger, if ye are believers.” Al-Anfal1. The purpose belong to Allah and the Messenger in the paragraph above is the division of the spoils, according to the provisions of Allah and the Messenger. The third Event happened to Saad bin Abi Waqqas causing a decline paragraph was when he was ill and the Prophet came to see him and then he asked the Prophet “Messenger of Allah, I want to share my property, can I bequeath half?” He replied, “No.” Then he asked again, “How about a third?” he was silent. So will the third was allowed. This is in accordance with the paragraph that down is “prescribed for you, if anyone among you arrival signs death, if he left much treasure, intestate’s mother father and a close relative of his in kindness, this is an obligation on the -people who fear Allah “Al-Baqarah 180 The fourth event was when he was drinking liquor khamr along the Helpers Anshar, one of them hit her nose with a camel jawbone. Then he came to the Prophet,then Allah revealed the prohibition of drinking wine. “O ye who believe, in fact drinking alcohol, gambling, sacrifice to idols, gambled with the fate of the arrow, is included acts of satan. So stay away from the deeds so that you get the prosper “. Al-Maidah 90. Asbabun Nuzul for The Prohibiton Gradually The third type of asbab al-nuzul verse is the decline gradually on the prohibition of something. At least two prohibitions in Islam that provision on the prohibition of the lowered gradually, namely the prohibition on usury and wine. 1. Asbabun Nuzul about Usury Riba The prohibition on usury contained in the Qur’an not sent down all at once, but lowered in four stages. The first stage, rejected the notion that usurious loans on its Zahir as if help for people who need an act to draw closer to God. “And a usury extra you gave him to add the human treasures, then usury does not add on the side of God. And what you give in the form of zakat you mean to achieve the pleasure of Allah, then who did so that people who multiply reward “ar-Rum 39. The second phase, flashbacks about the prohibition of usury for the pre-Islamic people and a threat to those who remain do so. God threatens harsh will threaten hardly to the person who devour usury. “Thus, due to the injustice of the Jews, We forbade them eating food was good the former lawful for them, and because of their much hinder men from the Path of Allah, and because of their taking usury when in fact they had been forbidden from it, and because they took people’s wealth by way of vanity. We have prepared for the disbelievers among them a painful doom. “An-Nisa 160-161 The third stage, usury is forbidden by linking it to an additional double. Commentators argue that the taking of interest with a fairly high level is a phenomenon that is widely practiced in the moment. Allah said “O ye who believe, do not take usury doubled and fear Allah and so that you may be prosper. “Ali-Imran 130 The last stage of the prohibition of usury derived gradually verse is God clearly and expressly forbid any additional type of loan taken. This is the final verse was revealed concerning usury.“O ye who believe, fear Allah and give up what remains of usury which is not collected if you are believers. So, if you do not do leave rest os usury, then know that Allah and His Messenger will fight you. And, if you repent from taking usury, then you staple your treasure; You do not persecute nor persecuted.” Al-Baqarah 278-279 2. Asbabun Nuzul about Khamar. Prohibition of drinking wine khamr, lowered gradually. Because drinking wine for the Arabs it was customary ingrained since the time of ignorance. Initially said that it’s sin is more than the benefits, then people who are drunk should not offer prayers, and the last said that drinking wine was vile and included acts of satan. Therefore is should let those who believe quit drinking wine. As for the word of God first down on khamr is “They ask you about khamr and gambling. Say “In both is great sin, and some benefits for men, but the sin is greater than the benefit of both”. And they ask thee what they shall spend. Say, “That is more than necessary”. Thus Allah explains His verses to you in order that you think.” [QS. Al-Baqarah 219] It is explained because the decline in the verse is when the Prophet came to Medina, he saw people drinking wine and gambling, it has become their habit since their ancestors. Then the companions asked the Prophet about the laws, and the verse came down. They understood from the verse that drinking wine and gambling was not prohibited, but only to say that in both there is great sin, so they are still drinking wine. When the prayer time is come, then one becomes a priest, and in the prayer reading much wrong, because he was drunk after drinking wine. Then the word of God came down harder than ever, namely”O ye who believe, do not approach prayer while you are drunk, so that you understand what you say.” [An-Nisa 43] Then people are still drinking wine, because they think that only in prayer should not be drunk so they offer prayers when they are aware of a drunk. Then the verse was revealed that stricter than the preceding verse “O ye who believe, in fact drinking khamr, gambling, sacrifice to idols, gambled with the fate of the arrow, is the act of indecency including syaithan. So stay away from the deeds that ye may prosper. Indeed, syaithan wish cause enmity and hatred among you because of drinking the khamr and gambling, and hinder you from the remembrance of God and prayer, then stop you from doing the deed. “[QS. Al-Maidah 90-91] From the verses above, it is clear that Allah and His Messenger have forbidden wine of the strict prohibition although initially only be said that more harm than good. Thus, God gives explanations gradually so that people can accept and not jolted by sudden prohibition. Asbabun to Response for an Event Among the causes of the revelation of the Quran is the response and the response of an event that occurred at the time of Prophet Muhammad, at least two events a response and the response of the Koran to the events that befall Aisyah and Abu Lahab. The first event befall wife of the Prophet Muhammad, namely Siti Aisyah. This event was Siti Aisyah slandered having an affair with one of the companions. This happens when she was on a journey with the Prophet and his companions. The Prophet and his companions stopped to unwind, Aisyah down on a stretcher because he wanted to do something, but this group went back and did not realize Aisyah has not returned to the stretcher, so that Aisha had left behind at a rest area. After a while there was a friend who was located far behind the group also stopped at the same rest area and found Aisyah was there alone, then he allowed Aisyah climbed to the top of the camel while he walked alongside the camel. Once they were in the group, they are immediately accused of infidelity. Then the verse came to respond and provide an answer to these events, namely “Indeed, those who brought forward the lie are a body among you as well. Dont you think that false news is bad for you even it is good for you ….. “til the end of the verse. An-Nur11-22 4. The benefits of study Asbabun Nuzul In studying something there is a lesson that can be taken. Likewise with this study of asbab al-nuzul, there are some benefits that can be as lessons, they are to understand the hidden meaning in a verse, one way to interpret the Al-Quran, explaining about what and who a verse was revealed and knowing grooves or stages revealed law. CLOSING Conclusion Asbab al-nuzul can be stated as the causes that accompany the revelation of the verses of the Koran to the Prophet Muhammad because there was an event that requires clarification or questions that need answers both about around the law, the state of the environment where people live, as well as questions and deed conducted by the friends and the people who need the permanence and certainty. There are some kinds of underlying reasons for the decline in verse or revelation to the Prophet, among them there are some events that cause a decline in one verse, one verse for some events and more. Furthermore, kinds of asbabun nuzul are Some Revelation for One Asbab, Some Asbab for One Person, Asbabun Nuzul for The Prohibiton Gradually and Asbabun to Response for an Event In learning asbabun nuzul, there are some lessons can be taken, they are to understand the hidden meaning in a verse, one way to interpret the Al-Quran, explaining about what and who a verse was revealed and knowing grooves or stages revealed law and so on. Suggestion Nothing is perfect in this world because perfection belongs to Allah, as well as the discussion in this paper, there are still many shortcomings in terms of both language and content. Therefore, criticism and advice necessary for the future development of this paper. Beside that, it is expected for the reader to search and read other literature so that the understanding of this asbab al-nuzul is more comprehensive. BIBLIOGRAPHY As-Suyuti, Jalaludin Al Imam. Riwayat Turunnya Ayat-ayat Suci Al-Qura’an. SurabayaMutiara Denfer, Ahmad Von. Ulum Al-quran an Intoduction to the sciences of the Quran. Kahar Masyur. Pokok-pokok Ulumul Quran. PT Rineka Cipta.
Ayat 1-19 surah Al-Mursalat menjelaskan kepastian terjadinya hari kiamat sehingga Allah bersumpah menggunakan nama-nama para malaikat-Nya. Kiamat adalah peristiwa yang menakutkan karena penghancuran seluruh alam semesta. Celakalah orang yang menolak kebenaran beritanya dan kebenaran Al-Qur’an. Pada hari kiamat nanti, orang-orang yang menuduh Al-Qur’an dusta akan binasa, seperti halnya dengan kaum-kaum terdahulu yang kafir pada rasul-rasul mereka. Ayat 20-40 meneruskan ayat sebelumnya terkait orang yang menolak kebenaran kiamat dan Al-Qur’an. Penolakan mereka tidak ilmiah. Bukankan mereka hadir ke atas bumi ini sesuai kehendak Allah melalui proses penciptaan yang ajaib. Allah kumpulkan mereka di bumi yang hidup dan yang mati. Allah ciptakan di atas bumi gunung-gunung tinggi sebagai pasak bumi dan air tawar untuk minum. Di akhirat, mereka akan dilemparkan ke dalam neraka karena menolak semua fakta dan kebenaran tersebut. Ayat 41-50 dari surah Al-Mursalat ini menjelaskan orang-orang bertakwa masuk surga, di dalamnya ada naungan, mata air, buah-buhan yang menggiurkan dan dipersilahkan makan sepuasnya. Semua itu adalah balasan dari iman dan amal saleh yang mereka kerjakan semasa hidup di dunia. Adapun orang-orang kafir hanya menikmati sedikit kenikmatan dunia. Di akhirat, mereka pasti celaka. Hal itu disebabkan karena mereka menganggap semua janji Alah dan rasul-Nya adalah dusta dan tidak mau taat pada-Nya. Apakah ada kebenaran selain Al-Qur’an yang pantas diyakini? Tafsir Ibnu Katsir Al-Mursalat Al-Mursalat, ayat 1-15 Al-Mursalat, ayat 16-28 Al-Mursalat, ayat 29-40 Al-Mursalat, ayat 41-50
asbabun nuzul surat al mursalat